Tuesday, November 27, 2007

Memaafkan (bagian 3)

Memaafkan, juga (dengan ikhlas) melupakan.

Urusan maaf-memaafkan, proses ini sedang aku nikmati. Namun, ternyata tak mudah maaf itu benar-benar maaf yang sesungguhnya. Maaf yang tanpa dendam.

Memaafkan dan melupakan.
Maaf, bisa kuberikan. Melupakan, ini yang saat ini aku belum sepenuhnya sanggup melakukannya. Begitu banyak memori yang dengan tiba-tiba terbuka kembali, tanpa bisa aku kendalikan, untuk mengungkap ’luka’ lama yang tergores di hati (yang mungkin juga tanpa sengaja). Pedih kembali terasa, walau dalam lisanku, aku sudah memberikan maaf. Hatiku bisa tiba-tiba perih.
Inikah ”ketidakikhlasan” untuk memaafkan di hatiku? Masih jauhkah aku untuk bisa melupakan?

Seiring perjalanan waktu, aku berharap, aku pun bisa dengan bijaksana memaafkan dan melupakan, dengan keikhlasan hati.

Sekali lagi, semoga ...

Monday, November 19, 2007

Meraih Mimpi (bagian 2)

Aku menemukan pembatas buku “Edensor” karya Andrea Hirata yang aku beli tadi pagi. Di pembatas buku tersebut tertulis:
“Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu.” – Arai

Malam ini, aku benar-benar bermimpi. Tepatnya merangkaikan kembali mimpi-mimpiku (yang sudah cukup lama ada dalam benakku).
Aku bermimpi memiliki taman bacaan!

Begitu lekat mimpi itu, sehingga hatiku membuncah dan dadaku berdebar keras ketika aku menuliskan ini. Jemariku bergetar menyusuri tuts demi tuts huruf untuk aku dapat merangkai kata yang tepat menggambarkan mimpiku.

Setelah pagi tadi aku ”kalap” borong buku, malam ini ketika aku sedang asyik membaca buku-bukuku, terjadi ”insiden” yang menimpa seorang pencinta buku. Penyitaan (dengan alasan mengganggu kegiatan belajar) terhadap sebagian koleksi bukunya, begitu menyentakku, mengoyak perasaanku. Mungkin bagi orang lain, ini hanya insiden kecil, ... aalaaah, cuma buku saja kok!

Tidak! Tidak bagiku. Ini benar-benar menyentakku. Ketika aku membayangkan, hal itu harus terjadi padaku.. oh.. tidak, aku tak akan sanggup menghadapinya. Jiwaku tercerabut! Aku tak mau bila malam ini, ketika aku belum tertidur, mimpiku untuk memiliki taman bacaan harus terkoyak.

Allah Tuhanku ... aku memohon untuk Kau peluk erat mimpi-mimpiku!
Peristiwa yang aku alami malam ini, benar-benar menggiring aku pada tekad bisa mewujudkan mimpi.
Aku tidak sedang tidur! Aku sedang membangun keutuhan mimpiku!

Aku memohon pada-Mu sebuah kekuatan bagiku aku bisa mewujudkan mimpiku untuk memiliki taman bacaan...

Tuesday, November 13, 2007

Meraih Mimpi


Minggu malam, 11 November jam 19.00 wib. Aku mengikuti diskusi "Meraih Mimpi" bareng Andrea Hirata (penulis novel "Sang Pemimpi") dan Meutya Hafidz (dari MetroTV).
Aku jadi sadar, bahwa aku bukan satu-satunya orang yang senang bermimpi. Ternyata di dalam perguliran waktu (siang dan malam yang menyelimuti bumi), dalam tidur dan bangun sadar pun, banyak sekali orang-orang yang memiliki mimpi!


Aku tidak hanya senang bermimpi, tapi juga menikmati tiap scane mimpi-mimpiku.
Aku selalu bersyukur bila dalam tidurku aku bisa bermimpi.

Bila aku mendapatkan "mimpi buruk", sebuah mimpi yang mungkin menakutkan, membawa emosi negatif, maka ketika aku terbangun, aku bersyukur... Terima kasih Allah, yang "kualami" dalam tidurku "hanya mimpi". Sehingga ketika aku bangun, aku bisa benar-benar terbangun dan bangkit menjalani hidup dengan perasaan yang positif.

Bila aku mendapatkan "mimpi indah", sebuah mimpi yang menyenangkan hatiku, membawa energi positif, maka ketika aku bangun, aku bersykur... Terima kasih Allah, atas keindahan "pengalaman" dalam tidurku. Sehingga ketika aku bangun, aku mendapatkan energi yang hebat untuk bisa berakselerasi, melesat untuk mewujudkan mimpi-mimpiku dalam bangun sadar hidupku.

Aku bersyukur...

Wednesday, November 7, 2007

Memaafkan (bagian 2)

Ada energi negatif yang tertahan dalam jiwa kita, saat kita masih memendam amarah, menyimpan dendam, dan ketika belum “mau” memaafkan.

Aku merasakan ada ganjalan di hatiku saat aku “tidak mau” memberikan maaf. (Karena, sejatinya aku punya banyak sekali maaf.)

Mau” memaafkan (ini lain urusannya dengan mampu), menyangkut keikhlasan hati. Ini yang bagiku memang sulit, dan aku masih harus banyak belajar.

Membuang jauh ganjalan di hati karena tidak mau memaafkan, adalah proses yang aku nikmati sekarang, yang menjadi kebutuhan jiwaku, untuk bisa melangkah dengan anggun menapaki hari-hariku.

Semoga …

Wednesday, October 24, 2007

Memaafkan

Maaf...
begitu berat dimohonkan.

Maaf...
begitu berat diberikan.

Semoga dengan memohon maaf, kita menjadi bersih.
Semoga dengan memberi maaf, kita menjadi ikhlas dan tulus.


Mohon maaf lahir bathin...

(mungkin tak perlu aku menunggumu untuk kau memohon maaf padaku, aku telah memberikan maafku untukmu)



... saat ini aku mulai mencoba untuk selalu memberikan maaf (termasuk maaf untuk diriku sendiri) sebagai kebutuhan hidupku agar bisa mengarungi hidup ini dengan indah.

Friday, September 28, 2007

Sapuan Putih

Tak mudah menghapus goresan dan menjadikannya putih tak bernoda.
Tak mudah menghapus noda dan dosa.
Bila putih bisa membuat putih.
Noda yang masih (dan selalu) membekas,
tetapi tertutup putih sapuan kuas.
Dosa yang tiada terhapus,
namum ada kebaikan yang membungkus.
Jika aku bisa berbuat satu demi satu kebaikan,
tanpa aku mengharapkan imbalan.
Jika aku berbuat baik dengan tulus,
maka.. nothing to loose!
Takan ada yang hilang,
saat aku tiada berharap sesuatu pun akan datang.
Tak berharap mendapat imbalan dari dari makhluk,
kecuali hanya keridhoan dari Yang Maha Satu Sang Pencipta makhluk.
(itukah makna keikhlasan kalbu?)
yang akan membawa putih yang sebenar-benarnya putih...
mengapa itu masih sangat sulit bagiku?
saat aku merebahkan tubuhku di pembaringanku,
sejenak sebelum tidur membuiaku,
ketika aku masih dalam alam sadarku,
mengapa aku masih sibuk berhitung,
seperti menghitung rugi dan untung,
kebaikan yang aku lakukan hari ini,
selalu diikuti perhitungan ini:
nanti siapa ya yang akan membalasnya?
nanti aku akan dipuji siapa ya?
telah berbagi hari ini,
pertanyaannya lagi:
ada nggak ya nanti yang mau menggantinya?
siapa lagi ya yang akan memujinya?
aahhh...
capek deh!
emang kalo nggak ikhlas, jadi capek ya..
ngitung mlulu!
Aku pengin bisa untuk tidak menghitungnya!
bahkan aku ingin bisa melupakannya!
Bisakah aku ikhlas dan tulus?
Bisakah aku "putih"?


Wednesday, September 26, 2007

Aku ingin putih (bukan mimpi)


Lima belas hari telah aku lalui Ramadhan ini. Setengah dari satu bulan penuh barakah merupakan kesempatan yang diberi-Nya. Begitu banyak noda dan dosa yang masih tergurat. Carut marut dalam catatan hidupku.

Kalau memang masih diberi-Nya kesempatan lagi di (kurang dari) setengah Ramadhan ini, aku bertanya pada diriku sendiri. Pertanyaan yang sebenarnya selalu terulang ketika melihat carut marut catatan hidupku, yang tumpang tindih tak karuan, membuat lembaran hidupku tak lagi putih.

Di "sisa" Ramadhan ini, dapatkah kembali menjadi putih bersih, seperti fitrah ketika pertama menghirup udara dunia?
Ketika putih dan suci, kemenangan ada di hati....

Semoga ini bukanlah mimpi.