Saturday, June 28, 2008

Mimpi Pasar Magelang

Jumat pagi, di Stasiun Lempuyangan, aku melihat sebuah koran dengan head line “Pasar Magelang Terbakar”. Pikiranku jadi melayang jauh ke sebelas tahun yang lalu, saat aku membuat redesain Pasar Magelang sebagai “proyek” Studio Perancangan 2 (semester kedelapan) waktu kuliah di Jurusan Teknik Arsitektur UGM.

Waktu itu aku mengawali proses desain dengan mempelajari figure-ground kawasan. Aku mencari pola-pola yang ada. Menganalisis raut figure, mencari “garis” yang bisa menjadi acuan berdasarkan pola-pola pembentuk figure maupun ground-nya, menganalisis jalur pergerakan moda transportasi, hingga melihat potensi sungai sebagai river walk, merupakan tahapan yang aku lakukan. Aku membayangkan ruang saat melintasi jalan di depan pasar, yang bisa dimanfaatkan untuk “menyambut” orang yang akan datang memasuki Kota Magelang dari arah Jogja. Gubahan massa yang aku lakukan adalah dengan membuat grid yang sejajar dengan jalan eksisting di depan pasar, menumpuk di atasnya lagi grid yang sejajar dengan jalan masuk ke Magelang, meletakkan massa-massa di berdasarkan grid pertama, meletakkan massa lagi di atasnya mengikuti grid kedua, memotong massa, menjebol massa hingga seolah-olah massa tersebut ditembus jalan kecil yang miring menyerong hampir diagonal ke massa utama.

Di tepi sungai yang berbelok, massa pun aku belokkan dengan pola menyesuaikan bentuk sungai. Di sepanjang tepi sungai aku tata beberapa massa kecil yang fungsinya sebagai tempat wisata kuliner pelengkap kegiatan river walk. Sudah.

(Eh ini yang aku ceritakan desainku “jaman dulu” lho… Jadi maklum aja, kalo pertimbangan desainnya masih “segitu doang”, aku kan waktu itu masih banyak tulalitnya, nggak nge-dhong)

Pada waktu itu, aku benar-benar nikmati proses desainnya. Acara survey menjadi agenda yang aku nantikan. Nglembur sampai tidur di kampus sangat aku nikmati. Diskusi dengan temen-temen satu studio menjadi hal yang mengasyikkan bagiku. Herannya, saat itu aku tidak beroreintasi pada “ntar dapat nilai berapa ya?”. (Eh perlu diketahui, aku akhirnya dapat nilai A, yuuhuuuiii..! Aku pun girang banget! Aneh?!)

Sebenarnya, proses desain bagiku sama seperti merangkai mimpi. Tapi mimpi (baca: desain) ini lebih terukur dan “meruang”.

Ah... aku masih bermimpikah?

2 comments:

Anonymous said...

Yugs, daw nabasahan ko naman ni sa iban nga blog?

Anonymous said...

apakah tugas PA mu sudah jadi???
pasar rejowinangun ini menjadi TUGAS AKHIR ku di undip...