Memaafkan, juga (dengan ikhlas) melupakan.
Urusan maaf-memaafkan, proses ini sedang aku nikmati. Namun, ternyata tak mudah maaf itu benar-benar maaf yang sesungguhnya. Maaf yang tanpa dendam.
Memaafkan dan melupakan.
Maaf, bisa kuberikan. Melupakan, ini yang saat ini aku belum sepenuhnya sanggup melakukannya. Begitu banyak memori yang dengan tiba-tiba terbuka kembali, tanpa bisa aku kendalikan, untuk mengungkap ’luka’ lama yang tergores di hati (yang mungkin juga tanpa sengaja). Pedih kembali terasa, walau dalam lisanku, aku sudah memberikan maaf. Hatiku bisa tiba-tiba perih.
Inikah ”ketidakikhlasan” untuk memaafkan di hatiku? Masih jauhkah aku untuk bisa melupakan?
Seiring perjalanan waktu, aku berharap, aku pun bisa dengan bijaksana memaafkan dan melupakan, dengan keikhlasan hati.
Sekali lagi, semoga ...
Tuesday, November 27, 2007
Monday, November 19, 2007
Meraih Mimpi (bagian 2)
Aku menemukan pembatas buku “Edensor” karya Andrea Hirata yang aku beli tadi pagi. Di pembatas buku tersebut tertulis:
“Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu.” – Arai
Malam ini, aku benar-benar bermimpi. Tepatnya merangkaikan kembali mimpi-mimpiku (yang sudah cukup lama ada dalam benakku).
Aku bermimpi memiliki taman bacaan!
Begitu lekat mimpi itu, sehingga hatiku membuncah dan dadaku berdebar keras ketika aku menuliskan ini. Jemariku bergetar menyusuri tuts demi tuts huruf untuk aku dapat merangkai kata yang tepat menggambarkan mimpiku.
Setelah pagi tadi aku ”kalap” borong buku, malam ini ketika aku sedang asyik membaca buku-bukuku, terjadi ”insiden” yang menimpa seorang pencinta buku. Penyitaan (dengan alasan mengganggu kegiatan belajar) terhadap sebagian koleksi bukunya, begitu menyentakku, mengoyak perasaanku. Mungkin bagi orang lain, ini hanya insiden kecil, ... aalaaah, cuma buku saja kok!
Tidak! Tidak bagiku. Ini benar-benar menyentakku. Ketika aku membayangkan, hal itu harus terjadi padaku.. oh.. tidak, aku tak akan sanggup menghadapinya. Jiwaku tercerabut! Aku tak mau bila malam ini, ketika aku belum tertidur, mimpiku untuk memiliki taman bacaan harus terkoyak.
Aku memohon pada-Mu sebuah kekuatan bagiku aku bisa mewujudkan mimpiku untuk memiliki taman bacaan...
“Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu.” – Arai
Malam ini, aku benar-benar bermimpi. Tepatnya merangkaikan kembali mimpi-mimpiku (yang sudah cukup lama ada dalam benakku).
Aku bermimpi memiliki taman bacaan!
Begitu lekat mimpi itu, sehingga hatiku membuncah dan dadaku berdebar keras ketika aku menuliskan ini. Jemariku bergetar menyusuri tuts demi tuts huruf untuk aku dapat merangkai kata yang tepat menggambarkan mimpiku.
Setelah pagi tadi aku ”kalap” borong buku, malam ini ketika aku sedang asyik membaca buku-bukuku, terjadi ”insiden” yang menimpa seorang pencinta buku. Penyitaan (dengan alasan mengganggu kegiatan belajar) terhadap sebagian koleksi bukunya, begitu menyentakku, mengoyak perasaanku. Mungkin bagi orang lain, ini hanya insiden kecil, ... aalaaah, cuma buku saja kok!
Tidak! Tidak bagiku. Ini benar-benar menyentakku. Ketika aku membayangkan, hal itu harus terjadi padaku.. oh.. tidak, aku tak akan sanggup menghadapinya. Jiwaku tercerabut! Aku tak mau bila malam ini, ketika aku belum tertidur, mimpiku untuk memiliki taman bacaan harus terkoyak.
Allah Tuhanku ... aku memohon untuk Kau peluk erat mimpi-mimpiku!
Peristiwa yang aku alami malam ini, benar-benar menggiring aku pada tekad bisa mewujudkan mimpi.
Aku tidak sedang tidur! Aku sedang membangun keutuhan mimpiku!
Peristiwa yang aku alami malam ini, benar-benar menggiring aku pada tekad bisa mewujudkan mimpi.
Aku tidak sedang tidur! Aku sedang membangun keutuhan mimpiku!
Aku memohon pada-Mu sebuah kekuatan bagiku aku bisa mewujudkan mimpiku untuk memiliki taman bacaan...
Tuesday, November 13, 2007
Meraih Mimpi
Minggu malam, 11 November jam 19.00 wib. Aku mengikuti diskusi "Meraih Mimpi" bareng Andrea Hirata (penulis novel "Sang Pemimpi") dan Meutya Hafidz (dari MetroTV).
Aku jadi sadar, bahwa aku bukan satu-satunya orang yang senang bermimpi. Ternyata di dalam perguliran waktu (siang dan malam yang menyelimuti bumi), dalam tidur dan bangun sadar pun, banyak sekali orang-orang yang memiliki mimpi!
Aku tidak hanya senang bermimpi, tapi juga menikmati tiap scane mimpi-mimpiku.
Aku selalu bersyukur bila dalam tidurku aku bisa bermimpi.
Bila aku mendapatkan "mimpi buruk", sebuah mimpi yang mungkin menakutkan, membawa emosi negatif, maka ketika aku terbangun, aku bersyukur... Terima kasih Allah, yang "kualami" dalam tidurku "hanya mimpi". Sehingga ketika aku bangun, aku bisa benar-benar terbangun dan bangkit menjalani hidup dengan perasaan yang positif.
Bila aku mendapatkan "mimpi indah", sebuah mimpi yang menyenangkan hatiku, membawa energi positif, maka ketika aku bangun, aku bersykur... Terima kasih Allah, atas keindahan "pengalaman" dalam tidurku. Sehingga ketika aku bangun, aku mendapatkan energi yang hebat untuk bisa berakselerasi, melesat untuk mewujudkan mimpi-mimpiku dalam bangun sadar hidupku.
Aku bersyukur...
Aku jadi sadar, bahwa aku bukan satu-satunya orang yang senang bermimpi. Ternyata di dalam perguliran waktu (siang dan malam yang menyelimuti bumi), dalam tidur dan bangun sadar pun, banyak sekali orang-orang yang memiliki mimpi!
Aku tidak hanya senang bermimpi, tapi juga menikmati tiap scane mimpi-mimpiku.
Aku selalu bersyukur bila dalam tidurku aku bisa bermimpi.
Bila aku mendapatkan "mimpi buruk", sebuah mimpi yang mungkin menakutkan, membawa emosi negatif, maka ketika aku terbangun, aku bersyukur... Terima kasih Allah, yang "kualami" dalam tidurku "hanya mimpi". Sehingga ketika aku bangun, aku bisa benar-benar terbangun dan bangkit menjalani hidup dengan perasaan yang positif.
Bila aku mendapatkan "mimpi indah", sebuah mimpi yang menyenangkan hatiku, membawa energi positif, maka ketika aku bangun, aku bersykur... Terima kasih Allah, atas keindahan "pengalaman" dalam tidurku. Sehingga ketika aku bangun, aku mendapatkan energi yang hebat untuk bisa berakselerasi, melesat untuk mewujudkan mimpi-mimpiku dalam bangun sadar hidupku.
Aku bersyukur...
Wednesday, November 7, 2007
Memaafkan (bagian 2)
Ada energi negatif yang tertahan dalam jiwa kita, saat kita masih memendam amarah, menyimpan dendam, dan ketika belum “mau” memaafkan.
Aku merasakan ada ganjalan di hatiku saat aku “tidak mau” memberikan maaf. (Karena, sejatinya aku punya banyak sekali maaf.)
“Mau” memaafkan (ini lain urusannya dengan mampu), menyangkut keikhlasan hati. Ini yang bagiku memang sulit, dan aku masih harus banyak belajar.
Membuang jauh ganjalan di hati karena tidak mau memaafkan, adalah proses yang aku nikmati sekarang, yang menjadi kebutuhan jiwaku, untuk bisa melangkah dengan anggun menapaki hari-hariku.
Semoga …
Aku merasakan ada ganjalan di hatiku saat aku “tidak mau” memberikan maaf. (Karena, sejatinya aku punya banyak sekali maaf.)
“Mau” memaafkan (ini lain urusannya dengan mampu), menyangkut keikhlasan hati. Ini yang bagiku memang sulit, dan aku masih harus banyak belajar.
Membuang jauh ganjalan di hati karena tidak mau memaafkan, adalah proses yang aku nikmati sekarang, yang menjadi kebutuhan jiwaku, untuk bisa melangkah dengan anggun menapaki hari-hariku.
Semoga …
Subscribe to:
Posts (Atom)