Wednesday, October 15, 2008

Kecanduan Nge-blog

Aku lagi kecanduan nge-blog. Apa aja bisa aku tulis, di blog ini maupun di blog yang lain.

Aku lagi seneng posting di http://ummul-orthodonti.blogspot.com
Aku menemukan komunitas ortho-blogger, yang bagiku mereka luar biasa. Walaupun terpisahkan oleh berbagai samudra dan benua, serta mereka memiliki warna kulit yang beragam, dengan berbagai bahasa, mereka memiliki persahabatan dalam menjalani "petualangan medis"nya. Masa-masa sulit dan menyakitkan mereka lewati dengan saling berbagi informasi dan saling memberi dukungan.

Aku menulis di blog ini pun tanpa beban. Tidak peduli bakalan ada yang mengaksesnya ataupun tidak. Karena selama ini cuma keponakanku tercinta yang baru belajar internet yang mengaksesnya, cuma kakakku yang membacanya, cuma Ibuku yang membacanya (itu pun setelah di-down load dan di-print di atas kertas, Iarena Ibuku memiliki keterbatasan penglihatan sehingga kesulitan membaca di layar komputer), cuma teman-teman dekatku yang sudi mampir ke blogku, cuma mahasiwaku yang mungkin iseng mengakses blogku, cuma mantan mahasiswaku yang sesama blogger, dan cuma orang-orang yang sekedar mampir (atau tersesat) di blogku kemudian memberikan komentar. Itu saja.

Tapi bagiku, mereka semua bukan "cuma" sekadar adanya.
Mereka adalah inspirasi-inspirasiku dalam aku menjalani hidupku.

terima kasih!

Tuesday, October 7, 2008

Laskar Pelangi (the movie)

Film yang sudah aku tunggu-tunggu, akhirnya tayang juga. Begitu balik dari mudik, hari berikutnya aku langsung ke Ambarukmo Plaza, nonton Laskar Pelangi!

Ada banyak alasan mengapa aku sangat ingin menonton film ini. Aku "jatuh cinta" pada 3 dari tetralogi Andrea Hirata (kok cuma 3? tetralogi kan 4? yup! karena yang 1 belum diterbitkan). Aku pemimpi. Aku berkecimpung di bidang pendidikan (pendidikan tinggi), tetapi aku juga sangat tertarik dengan pendidikan dasar. Aku sudah "meracuni" banyak orang untuk membaca novel Laskar Pelangi. Aku "diwajibkan" oleh seorang sahabat (yang "kebetulan" dia adalah sutradara dan tau banget mengenai perfilman) untuk menonton film ini. Aku sudah berjanji pada keponakanku Fathin dan Tsaqif (mereka masih ABG) untuk mengajaknya menonton film di bioskop. Dan, masih banyak lagi alasan lainnya.

Senin siang 6 Oktober 2008 (sebenarnya sudah bukan lagi hari cuti bersama ya), setelah pagi harinya Aji (keponakanku yang sudah gedhe) telah mendapatkan tiketnya dengan antri yang puanjaaang dan laaamaaa, maka acara nonton film Laskar Pelangi dimulai pada jam 13.50 wib.Aku menikmati setiap adegan di dalamnya. Nilai persahabatan, keberanian, punya keinginan yang kuat, sikap pantang menyerah menghadapi apapun, dan semangat yang tak kunjung padam dari murid-murid, serta pengabdian guru. Sebuah film yang sarat nilai.

Ada tawa dan tetes air mataku, karena hatiku ditingkahi adegan-adegan di film Laskar Pelangi...

kunjungi:
http://www.laskarpelangithemovie.com

"Putrenan", Mainan Masa Kecilku

Pada mudik kali ini, aku juga menyusuri impian masa laluku. Ketika aku masih kecil, mimpi masa kecilku. Kegemaranku adalah permainan "Putrenan" (mungkin asal katanya Putri-Putri-an ya). Mainan ini "aseli bikinan sendiri". Ibuku membiasakan kami untuk kreatif membuat mainan, tidak membeli mainan. Nggak tau karena alasan ekonomi, "daripada uangnya buat beli mainan mendingan buat beli yang lain", atau memang Ibuku benar-benar mengasah kreativitas kami. Yang jelas aku sangat menikmatinya. Bukan hanya menikmati permainannya saja, tapi justru aku sangat menikmati proses pembuatan mainanku sendiri. Karena selalu membayangkan "jadinya bakalan kayak apa, karena aku penginnya bikin mainan yang kayak gini gitu" (dan yang jelas tidak dijual di toko). Menikmati membayangkan, seperti menikmati mimpi.

Dua puluh lima tahunan yang lalu. Waktu yang cukup panjang. Ternyata Ibuku masih menyimpan "sisa-sisa" nostalgia permainan masa kecilku. Ibuku yang romantis melankolis! I luv u, Mom!
Ibu, ananda bukan lagi gadis kecil yang asyik masyuk dalam permaninan dan indahnya mimpi tentang putri-putri. Ananda memang Sang Pemimpi, tapi ananda tidaklah terlelap dalam tidur. Ananda menjalani dan menikmati hidup ini. Mohon doa restu Ibu.

Monday, October 6, 2008

Mudik

Mudik. Pulang kampung. Pulang kampung bagiku adalah seperti menyusuri kembali sudut-sudut ruang masa lalu. Menengok masa lalu, membuka memori, mengingat apa yang pernah dijalani. Sedikit melankolis.

Bagiku, dengan "berada" dalam ruang yang aku "dulu pernah", merupakan kenikmatan atas kerinduan terhadap ruang. Tentu saja setting sudah berbeda. Jendela yang dulu kokoh, kini telah melapuk. Sungai jernih yang dulu aku "dus-dusan" (baca: main air, mandi), sekarang tanpak lebih kotor dan "cethek" (baca: dangkal). Tanah lapang yang dulu aku bisa berlari dan bersepeda mini, kini telah sesak oleh bangunan. Rumah tetangga yang dulu aku sering duduk-duduk di teras rumahnya sambil disuapin makan oleh Mbak Iyah (almh), kini telah berubah. Banyak yang telah berubah. Tapi jejaknya masih tetap ada. Sedikit romantisme masih tersisa.

Bertemu kembali dengan orang-orang di masa laluku. Yang dulu saat kutinggalkan kampungku, adalah bayi baru lahir, kini sudah menjadi gadis remaja atau pria belia. Yang dulu anak-anak kecil adik sepermainan, sekarang sudah jadi orang dewasa. Yang dulu adalah teman sepermainanku waktu aku masih anak-anak, sekarang bertemu lagi masih tetap bermain, tetapi tentu bukan denganku, dengan anak-anaknya. Mereka sudah dipanggil Bu atau Pak oleh anak-anaknya. Yang dulu kakak sepermainan pun tak jauh berbeda, hanya gurat-gurat ketuaan yang lebih nyata. Yang dulu tua, sekarang tampak tuaaaa sekali. Ternyata waktu tak bisa menipu. Dan di luar yang aku sebutkan itu, ternyata ada yang sudah tidak bisa aku bertemu lagi, karena mereka telah dipanggil-Nya.


Sembilan hari menyusuri masa lalu. Wow!
Aku bersyukur atas perjalanan waktu.

Mudik? Aku masih membutuhkannya, untuk aku bisa lebih bersyukur.